Pict source: pinterest

Genap satu bulan usia pernikahanku, tidak terlalu terlambat untuk menitipkan pesan bahwa yang disana akan baik-baik saja.

 

Menikah, bukan hanya persoalan aku dan dia. Tapi kami dan kita semua. Memiliki dua arti, bahwa sesungguhnya mencintai dan dicintai adalah satu dua hal yang saling terpaut. Menjelang hari pernikahan aku benar-benar menaruh hatiku sedalam-dalamnya pada saat melihat perempuan penyangga nyawaku kuat dan selalu merasa bahagia. Tidak dapat dipungkiri, pikiran kacau dan punggung lelah tidak akan dapat dirasakan demi melihat anak gadisnya merasakan kebahagiaan.

 

Ibu, mengapa kau benar-benar menjadi malaikat seutuhnya?

 

Semakin aku melangkah dewasa, semakin aku melihat betapa engkau semakin kuat. Meskipun sebenarnya perasaan itu sudah aku rasakan sejak 23 tahun yang lalu, dan semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

 

Langkahku yang tak seberapa, ucapku yang tak begitu indah, bahkan apa yang aku berikan belum menjadi apa-apa.. tapi dengan sigap kau sambut hati rapuhnya aku, kau peluk dan kau pupuk sampai rasa-rasanya elok dan kokoh kembali. Luar biasa... tidak ada manusia se sempurna Ibu, terutama Ibuku.

 

Keluargaku saling mencintai. Mencintai dengan mencari cara sepanjang masa. Mencintai tanpa ada lelah. Mencintai dengan cara yang paling sempurna. Menerima tanpa drama adalah hal yang jelas kongkrit ditanamkan di masing-masing pribadi kami. Entah bagaimana cara Ayahku meminumkan segala teori tentang mencintai dan menumbuhkan rasa saling percaya, yang jelas aku sudah memiliki semua tentang hal itu, bahkan lebih.

 

Kadang kalau sudah terlanjur jauh begini, rasa rindu mana yang tidak ingin disampaikan.. bau hujan depan halaman rumah pun selalu terbawa kemana aku akan singgah.


Mungkin karena aku sudah benar-benar memiliki keluarga yang tak lagi sama. Namun tetap dengan kadar cinta yang seutuhnya. Bangun tidur yang biasanya masakan sudah dihidangkan, sekarang harus mencari melijo­ agar cepat-cepat mematangkan sarapan. Pagi hari biasanya rumah sudah bersih dan wangi, sekarang harus dengan gesit membersihkan debu-debu di lantai setiap hari. Akhir pekan biasanya cucian sudah rapi, sekarang dua hari sekali harus mencuci dan merapikan baju-baju di almari. Duh rasanya sangat kurang kalo harus dirinci secara teliti. Yang jelas semua ini karena Ibu. Ibu yang mengajarkanku untuk belajar menjadi perempuan seutuhnya. Perempuan yang tanpa pamrih untuk ikhlas memberikan semua kemampuannya.


Kadang sempat berfikir, apa aku bisa menjadi Ibu seperti Ibu?

Yang tanpa rasa yang tidak bahagia dalam membina rumah tangga

Yang tanpa rasa lelah menata dan merapikan bukan hanya isi rumah tapi juga isi hati dan ego kita

Yang tanpa pamrih memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk mencintai dan menyayangi kita

Bahkan, tidak akan merasa puas dan lega jika tanpa kalimat amin dari Ibu di setiap aku meminta doa

Aaaaahh rasanya aku baru kemarin mengucapkan “ibu aku ingin beli es dan permen disana..”

Sampai sekarang sudah saatnya aku memberikan rasa cintaku, rasa sayangku, kemampuanku, seluruh jiwa ragaku untuk keluarga kecilku. Seperti Ibu memberikan semua itu untuk aku dan semua saudaraku.

 

Doakan aku Bu, langkahku tidak akan bisa jauh tanpa beribu kata amin mu. Doakan aku dapat menjadi pasangan dan calon Ibu sepertimu. Meskipun aku menyadari tidak akan bisa sempurna jika aku ingin menjadi sepertimu. Tapi dari semua inspirasi dan ruang yang Ibu berikan aku untuk terus belajar, aku yakin aku akan sampai pada satu-satunya tujuan akhir hidupku. Ibu dan Allah ridhoi segala jalan takdirku.

 

When I need some support, you’re there

When I need some guidance, you come

When I need sone happiness, you never fail. I Love You Ibu

Surabaya, 25 Maret 2021